Pengikut

Selasa, 29 November 2011

perkembangan musik indonesia

Melihat perkembangan lagu-lagu Indonesia jaman sekarang sungguh sangat menggembirakan. Perkembangan ini tentu sebagai akibat cukup banyaknya para pencipta lagu yang didukung oleh kecanggihan teknologi didunia rekaman. Hal ini tentu berbeda dengan apa yang terjadi pada tahun 1970 an. Walaupun jumlah group band saat ini juga cukup banyak namun kesempatan untuk tampil dilayar televisi guna mempromosikan lagu-lagunya sangat terbatas. Saat itu lagu populer hanya didominasi oleh group band dan penyanyi solo yang sudah mapan atau terkenal yang sering pentas di layar televisi nasional. Group band dan atau penyanyi solo yang baru muncul akan segera menghilang manakala tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan rekaman suara, merilis albumnya dan mempromosikan lagunya di radio atau televisi.

Sama hanya dengan era tahun 1970-an, lirik lagu–lagu di Indonesia masa kini tak pernah bergeser dari tema cinta atau kasih sayang antara wanita dan pria baik itu lagu pop, dangdhut , keroncong, bahkan lagu campursaripun. Lirik populer yang berkisar antara jatuh cinta dan putus cinta memang sangat digemari khususnya oleh kaum remaja. Sementara lagu-lagu tentang keindahan alam, kecintaan terhadap tanah air, lingkungan, ilmu pengetahuan dan sejenisnya boleh dikatakan kurang peminatnya. Tampaknya para pencipta lagu maupun produser tidak mau mengambil resiko jika harus menulis dan memproduksi lagu non cinta. Bagaimanapun juga mereka masih tetap menjadikan urusan bisnis sebagai primadonanya.

Sekali waktu silahkan menjelajahi situs-situs yang berisi lirik lagu Indonesia di internet. Mencari lagu-lagu baru yang bertemakan keindahan alam atau lagu yang bernuansa patriotisme, akan lebih sulit dibandingkan dengan mencari lagu bertema cinta remaja. Seandainyapun mendapatkan lagu perjuangan jumlahnya bisa dihitung dengan jari jika dibandingkan dengan lagu bernuansa kasih-mesra yang ratusan atau bahkan ribuan jumlahnya. Ini tentu perlu menjadi pemikiran para pencipta lagu dan produser agar dalam usaha bisnisnya tetap juga memperhatikan pembangunan watak manusia Indonesia. Jika menciptakan 10 buah lagu maka 2 lagu diantaranya seyogyanya bertemakan non cinta remaja. Jika kualitas lagunya bagus tentu lagu non cinta juga akan populer dengan sendirinya. Lagu Bengawan Solo misalnya, tetap abadi dan populer sampai kini.

Perkembangan Musik Indonesia

sebenarnya, kondisi perkembangan musik Indonesia berada pada fase yang sama dengan film indonesia, cenderung steroetip dan stagnan. Secara kualitas pun, banyaknya band yang bermunculan dengan berbagai "rasa" yang ditawarkan menyebabkan kekaburan definisi dan parameter kualitas itu sendiri.

Anda bisa bercermin pada jejak rekam perkembangan musik Indonesia pada tiap generasi sebelum medio awal tahun minlenium (ambil contoh rentang 10 tahunan) yang mempunyai jati diri masing2.

Salah satu faktor adalah, saking mudahnya produser menelurkan album bagi pendatang baru. Di satu sisi ini sah2 saja, tapi kemudian efek samping dari proses ini muncul dengan sendirinya yaitu hasil akhir yang instan, "sangat" market minded oriented, dan terburu2.

Produser telah saya persalahkan di tulisan di atas. Lalu bagaimana dengan pelaku musik termasuk pendengarnya. Mau tak mau harus diakui, merekalah jadi penyumbang terbesar untuk situasi seperti ini.
Salah satu contoh yang paling mutakhir MTV indonesia. Generasi awal pengagum stasiun televisi yang berdiri tahun 80-an ini melalu video pertamanya "Video Killed the Radio Star" pasti mahfum bahwa MTV indonesia telah kehilangan taji dalam memberikan sumbangsihnya pada prestasi musik Indonesia sendiri.

Kebudayaan Indonesia - Perkembangan dan Dampak Musik Dangdut Bagi Remaja di Jakarta Perkembangan dan Dampak Musik Dangdut Bagi Remaja di Jakarta

Sejarah Musik Dangdut
Aliran musik Dangdut lahir setelah ajaran Islam masuk ke Indonesia yang sudah bercampur dengan aliran musik India. Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang hanya di Indonesia. Bentuk musik dangdut ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (cengkok dan intonasi)
Musik ini mulai tumbuh dan berakar sekitar tahun 1940. Musik ini dipengaruhi oleh unsur musik India yang diambil dari alat musiknya yang bernama Tabla atau musik yang menggunakan gendang.Sedangkan cengkok dan harmonisasinya merujuk ke musik Arab. Akhirnya dipadukan oleh pengaruh musik barat yang mulai marak di akhir tahun 1960-an dengan menggunakan gitar listrik..Dangdut bisa dikatakan lebih matang sejak tahun 1970-an.Ciri khas musik dangdut diiringi oleh gendang suling dan joget yang gemulai.
Gaya music dangdut sangat popular dan memiliki pengaruh sangat besar pada periode Orde Baru, khususnya tahun 1975-1981. Music ini didominasi oleh denyut irama tarian (joget), dan ditujukan ke mereka yang berusia muda, yaitu para remaja. Cirri tersendiri dalam membawakan warna music ini yaitu cengkokannya, yang disebut blenggo. Dari lirik dan melodinya berkesan mendayu-dayu dengan cengkok-cengkok yang penuh lekukan memanjang pada akhir kalimatnya.
Istilah dangdut muncul pertama kali tahun 1972 atau 1973. Istilah music dangdut ini merupakan pembentukan kata yang menirukan bunyi gendang, yaitu dang dan dut, dengan suatu ungkapan dan perasaan yang menghina dari masyarakat lapisan atas (William H. Frederict, 1982).
Semangat dangdut bermula pada awal periode colonial. Pada abad 19, pengaruh-pengaruh lain turut diserap. Pada sekitar tahun 1920-an, ensamble Cina Betawi muncul dan dikenal dengan nama gambang kromong, yang merupakan percampuran instrument dan melodi Cina, Sunda, Maluku, dan Portugis. Tak lama setelah itu, ada awal abad 20 musik keroncong diperkenalkan.
Pada tahun 1940-an, keroncong dikenal dengan sebutan umum orkes Melayu (William H. Frederict, 1982), atau dapat dikatakan sebagai awal music gambus, dengan irama Melayu asli (Husein Banwafie, 1990). Pada tahun 1950-an lahir berbagai eksperimen music Melayu yang dimodernisasikan dan banyak dipengaruhi oleh orchestra barat dan irama samba serta rumba. Pada tahun 1960-an berbagai reaksi mulai muncul. Keroncong yang dimodernisasikan sering Nampak lebih elegan dan mendapatkan inspirasi dari luar negeri. Kondisi ini menjadikan para musisi mulai mencari suatu bentuk yang lebih asli, dan mereka menemukannya dalam orkes Melayu tradisional. Seorang penyanyi dari Jakarta bernama Ellya Kadam mengembangkan suatu gaya nyanyian pada produk orkes Melayu dan menciptakan suatu irama dan suara baru (dengan instrument India, Arab, dan gendang Indonesia, suling bamboo) yang meminjam dari music dalam film-film India. Ia memasukkan suatu dinamisme dan sensualitas yang unik kedalam musiknya, dan denyutannya dalam membawakan lagu “Boneka dari India” (syairnya ditulis oleh Husein Banwafie pada tahun 1956). Lagu ini dapat dikatakan sebagai lagu dangdut pertama.
Di akhir tahun 1960-an, bermunculan berbagai kelompok music yang mengadakan inovasi terhadap music. Secara mendasar, mereka memasukkan beberapa elemen music Melayu Deli dan keroncong tradisional dalam tarian mereka. Tema-tema lagu dangdut berupa kenyataan hidup masyarakat sehari-hari. Banyak yang terasa lugas, tanpa ditutupi, hingga bias diterima khalayak dan akan terasa lebih dekat dengan masyarakat (Ukat, 1990). Mulai tahun 1973 Rhoma Irama dengan kelompok Sonetanya mengadakan perombakan syair, maupun instrument music dangdut, dengan berbagai instrument music elektronik. Perombakan itu dilakukan dengan tujuan pembangunan mental spiritual dan juga sekaligus sebagai sarana dakwah. Lagu-lagu yang diciptakannya sangat bergantung pada situasi dan kondisi masyarakatnya. Dengan demikian music tidak hanya berfungsi sebagai pelepas lelah dan hiburan saja, juga sebagai media untuk menyampaikan pesan.
Dangdut sangat popular dan sangat berbeda dengan bentuk budaya modern lain di Indonesia. Secara sederhana ia tampaknya sangat berkaitan dengan selera popular yang sangat luas. Perjalanan musik Dangdut mengalami perubahan yang signifikan dari masa ke masa. Kini pada akhirnya Musik Dangdut sudah sangat terkenal tidak hanya di Indonesia namun sudah mencapai mancanegara.

Musik dan Kecerdasan Emosi

Sternberg dan Salovery (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri, yang merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul, dan ia mampu mengenali emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka yang sesungguhnya dan kemudian mengambil keputusan-keputusan secara mantap.
Kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sendiri sehingga tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar. Misalnya seseorang yang sedang marah maka kemarahan itu tetap dapat dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali di kemudian hari.
Kepekaan akan rasa indah timbul melalui pengalaman yang dapat diperoleh dari menghayati musik. Kepekaan adalah unsur yang penting guna mengerahkan kepribadian dan meningkatkan kualitas hidup. Seseorang memiliki kepekaan yang tinggi atas perasaan mereka maka ia akan dapat mengambil keputusan-keputusan secara mantap dan membentuk kepribadian yang tangguh.
Kemampuan motivasi adalah kemampuan untuk memberikan semangat kepada diri sendiri untuk melakukan sesuatu yang baik dan bermanfaat. Dalam hal ini terkandung adanya unsur harapan dan optimisme yang tinggi, sehingga memiliki kekuatan semangat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, misalnya dalam hal belajar. Seperti apa yang kita cita-citakan dapat diraih dan mengisyaratkan adanya suatu perjalanan yang harus ditempuh dari suatu posisi di mana kita berada ke titik pencapaian kita dalam kurun waktu tertentu.
Kemampuan membina hubungan bersosialisasi sama artinya dengan kemampuan mengelola emosi orang lain. Evelyn Pitcer dalam Kartini (1982) mengatakan musik membantu remaja untuk mengerti orang lain dan memberikan kesempatan dalam pergaulan sosial dan perkembangan terhadap emosional mereka.
Remaja, merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Remaja ingin dicintai, ingin diakui, dan dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan tempat dalam kelompoknya. Jelas bahwa individualitas dan sosialitas merupakan unsur-unsur yang komplementer, saling mengisi dan melengkapi dalam eksistensi remaja.
Kecerdasan emosional perlu dikembangkan karena hal inilah yang mendasari keterampilan seseorang di tengah masyarakat kelak, sehingga akan membuat seluruh potensi anak dapat berkembang secara lebih optimal.
Idealnya seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan sosial emosional. Daniel Goleman (1995) melalui bukunya yang terkenal “Emotional Intelligences (EQ)”, memberikan gambaran spectrum kecerdasan, dengan demikian anak akan cakap dalam bidang masing-masing namun juga menjadi amat ahli. Sebagaimana dikatakan oleh para ahli, perkembangan kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti yang dikatakan Gordon Shaw (1996).
Menurut Siegel (1999) ahli perkembangan otak, mengatakan bahwa musik dapat berperan dalam proses pematangan hemisfer kanan otak, walaupun dapat berpengaruh ke hemisfer sebelah kiri, oleh karena adanya cross-over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras neuronal di otak.
Efek atau suasana perasaan dan emosi baik persepsi, ekspresi, maupun kesadaran pengalaman emosional, secara predominan diperantarai oleh hemisfer otak kanan. Artinya, hemisfer ini memainkan peran besar dalam proses perkembangan emosi, yang sangat penting bagi perkembangan sifat-sifat manusia yang manusiawi.
Kehalusan dan kepekaan seseorang untuk dapat ikut merasakan perasaan orang lain, menghayati pengalaman kehidupan dengan “perasaan”, adalah fungsi otak kanan, sedang kemampuan mengerti perasaan orang lain, mengerti pengalaman dengan rasio adalah fungsi otak kiri. Kemampuan seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan manusiawi dengan orang lain merupakan percampuran (blending antara otak kanan dan kiri itu).
Proses mendengar musik merupakan salah satu bentuk komunikasi afektif dan memberikan pengalaman emosional. Emosi yang merupakan suatu pengalaman subjektif yang inherent terdapat pada setiap manusia. Untuk dapat merasakan dan menghayati serta mengevaluasi makna dari interaksi dengan lingkungan, ternyata dapat dirangsang dan dioptimalkan perkembangannya melalui musik sejak masa dini.
Campbell 2001 dalam bukunya efek Mozart mengatakan musik romantik (Schubert, Schuman, Chopin, dan Tchaikovsky) dapat digunakan untuk meningkatkan kasih sayang dan simpati.
Musik digambarkan sebagai salah satu “bentuk murni” ekspresi emosi. Musik mengandung berbagai contour, spacing, variasi intensitas dan modulasi bunyi yang luas, sesuai dengan komponen-komponen emosi manusia.

Pengaruh Musik Terhadap Kecerdasan Emosi dan Perkembangan Kognitif

Pengaruh Musik - Bermacam-macam orang menyimpulkan tentang definisi musik. Salah satu diantaranya yaitu, ada yang mengatakan pengertian musik adalah segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kelompok dan disajikan sebagai musik. Menurut Aristoteles, Musik mempunyai kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Meskipun demikian, ternyata musik mempunyai pengaruh terhadap perkembangan kognitif serta kecerdasan emosi. Dan untuk lebih jauh mengetahui tentang hal tersebut, berikut duniabaca.com sajikan pengaruh musik terhadap kecerdasan emosi serta perkembangan kognitif yang ditulis oleh Luthfi Seli Fauzi.

Kognitif dan Musik

Kognitif merupakan semua proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat,  mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi.
Penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memberikan rangsangan-rangsangan yang kaya untuk segala aspek perkembangan secara kognitif dan kecerdasan emosional (emotional intelligent). Roger Sperry (1992) dalam Siegel (1999) penemu teori Neuron mengatakan bahwa neuron baru akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik sehingga neuron yang terpisah-pisah itu bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak, sehingga terjadi perpautan antara neuron otak kanan dan otak kiri itu.
Mengacu pada perkembangan kognitif dari Piaget (1969) dalam teori belajar yang didasari oleh perkembangan motorik, maka salah satu yang penting yang perlu distimulasi adalah keterampilan bergerak. Melalui keterampilan motorik anak mengenal dunianya secara konkrit. Dengan bergerak ini juga meningkatkan kepekaan sensori, dan dengan kepekaan sensori ini juga meningkatkan perkiraan yang tepat terhadap ruang (spatial), arah dan waktu. Perkembangan dari struktur ini merupakan dasar dari berfungsinya efisiensi pada area lain. Kesadaran anak akan tempo dapat bertambah melalui aktivitas bergerak dan bermain yang menekankan sinkronis, ritme dan urutan dari pergerakan. Kemampuan-kemampuan visual, auditif dan sentuhan juga diperkuat melalui aktivitas gerak.
Gallahue, (1998) mengatakan, kemampuan-kemampuan seperti ini makin dioptimalkan melalui stimulasi dengan memperdengarkan musik klasik. Rithme, melodi, dan harmoni dari musik klasik dapat merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak. Melalui musik klasik anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan dalam logika berpikir, matematika dan penyelesaian masalah.
Hasil penelitian Herry Chunagi (1996) Siegel (1999), yang didasarkan atas teori neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan, elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan akan semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Itulah sebenarnya dasar adanya kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak.
Selain itu juga, Gordon Shaw (1996) mengatakan kecakapan dalam bidang yakni matematika, logika, bahasa, musik dan emosi bisa dilatih sejak kanak-kanak melalui musik. Dengan melakukan penelitian membagi 2 kelompok yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen melalui pendidikan musik sehingga sirkuit pengatur kemampuan matematika menguat.
Musik berhasil merangsang pola pikir dan menjadi jembatan bagi pemikiran-pemikiran yang lebih kompleks. Didukung pula oleh Martin Gardiner (1996) dalam Goleman (1995) dari hasil penelitiannya mengatakan seni dan musik dapat membuat para siswa lebih pintar, musik dapat membantu otak berfokus pada hal lain yang dipelajari. Jadi, ada hubungan logis antara musik dan matematika, karena keduanya menyangkut skala yang naik turun, yaitu ketukan dalam musik dan angka dalam matematika.
Daryono Sutoyo, Guru Besar Biologi UNS Solo, melakukan penelitian (1981) tentang kontribusi musik yaitu menstimulasi otak, mengatakan bawha pendidikan kesenian penting diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) agar peserta didik sejak dini memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan belahan otak kanannya. Bila mereka mampu menggunakan fungsi kedua belahan otaknya secara seimbang, maka apabila mereka dewasa akan menjadi manusia yang berpikir logis dan intutif, sekaligus cerdas, kreatif, jujur, dan tajam perasaannya.
Implementasi dari penelitian tersebut, pendidikan kesenian sewaktu di SD mempengaruhi keberhasilan studi pada pendidikan berikutnya yaitu di SMP, dan begitu juga dengan pendidikan kesenian di SMP kan mempengaruhi keberhasilan studi pada masa di SMA. Dan kesenian di SMA, mau tidak mau menjadii factor penentu dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia yang baik.

PENGERTIAN MUSIK


Musik pada hakikatnya adalah bagian dari seni yang menggunakan bunyi sebagai media penciptaannya. Walaupun dari waktu ke waktu beraneka ragam bunyi, seperti klakson maupun mesin sepeda motor dan mobil, handphone, radio, televisi, tape recorder, dan sebagainya senantiasa mengerumuni kita, tidak semuanya dapat dianggap sebagai musik karena sebuah karya musik harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat tersebut merupakan suatu sistem yang ditopang oleh berbagai komponen seperti melodi, harmoni, ritme, timbre (warna suara), tempo, dinamika, dan bentuk. Sebelum lebih jauh membahas syarat-syarat tersebut berikut aspek-aspek lain yang terkait dengannya seperti sejarah musik, pencipta musik, karya-karya musik, dan berbagai formasi pertunjukan musik, bab ini akan terlebih dahulu meninjau beberapa definisi tentang musik, fungsi musik, dan jenis-jenis musik.
1.1 Pengertian Musik
Walaupun banyak dari para ahli musik telah mencoba memberikan definisi tentang musik, namun hingga kini belum ada satupun yang diyakini merupakan satu-satunya pengertian yang paling lengkap. Tampaknya ada yang memahami musik sebagai kesan terhadap sesuatu yang ditangkap oleh indera pendengarannya. Di samping itu ada juga yang pemahamannya bertolak dari asumsi bahwa musik adalah suatu karya seni dengan segenap unsur pokok dan pendukungnya. Walaupun demikian ada juga yang berbeda pandangan dari kedua model tersebut. Terlepas dari berbagai perbedaan sudut pandang tersebut, beberapa definisi berikut ini dapat membantu kita untuk memahami pengertian tentang musik.
Dari penulis-penulis Indonesia di antaranya dapat dijumpai sejumlah definisi tentang musik: Jamalus (1988, 1) berpendapat bahwa musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Rina (2003, 9) setuju dengan pendapat bahwa musik merupakan salah satu cabang
kesenian yang pengungkapannya dilakukan melalui suara atau bunyi-bunyian.
Prier (1991, 9) setuju dengan pendapat Aristoteles bahwa musik merupakan curahan kekuatan tenaga penggambaran yang berasal dari gerakan rasa dalam suatu rentetan suara (melodi) yang berirama.
Menurut ahli perkamusan (lexicographer) musik ialah: ”Ilmu dan seni dari kombinasi ritmis nada-nada, vokal maupun instrumental, yang melibatkan melodi dan harmoni untuk mengekspresikan apa saja yang memungkinkan, namun khususnya bersifat emosional”1 Walaupun demikian selama berabad-abad para ahli menganggap bahwa definisi kamus tersebut kurang memuaskan. Sebagai alternatif, di antaranya ada yang memahami musik sebagai ”bahasa para dewa”; yang lain mengatakan bahwa: ”music begins where speech ends” (musik mulai ketika ucapan berhenti).
Romain Rolland berpendapat bahwa musik adalah suatu janji keabadian; bagi Sydney Smith musik ialah satu satunya pesona termurah dan halal di muka bumi.
Goethe berpendapat bahwa musik mengangkat dan memuliakan apa saja yang diekspresikannya. Mendelssohn meyakini bahwa musik dapat mencapai suatu wilayah yang kata-kata tidak sanggup
mengikutinya, dan Tchaikovsky berkata bahwa musik adalah ilham yang menurunkan kepada kita keindahan yang tiada taranya. Musik adalah logika bunyi yang tidak seperti sebuah buku teks atau sebuah pendapat. Ia merupakan suatu susunan vitalitas, suatu mimpi yang kaya akan bunyi, yang terorganisasi dan terkristalisasi. Sehubungan dengan itu Herbert Spencer, seorang filsuf Inggris mempertimbangkan musik sebagai seni murni tertinggi yang terhormat. Dengan demikian musik adalah pengalaman estetis yang tidak mudah dibandingkan pada setiap orang, sebagaimana seseorang dapat mengatakan sesuatu dengan berbagai cara (Ewen 1963, vii-viii).
Dari perspektif interpretasi atau penikmatannya, musik juga dapat dipahami sebagai bahasa karena ia memiliki beberapa karakteristik yang mirip dengan bahasa. Berkaitan dengan hal tersebut Machlis (1963, 4) memahami musik sebagai bahasa emosi-emosi yang tujuannya sama
seperti bahasa pada umumnya, yaitu untuk mengkomunikasikan pemahaman. Sebagai bahasa musik juga memiliki tata bahasa, sintaksis, dan retorika, namun tentunya musik merupakan bahasa yang berbeda. Setiap kata-kata memiliki pengertian yang kongkrit, sementara nada-nada memiliki pengertian karena hubungannya dengan nada-nada yang lain. Kata-kata mengekspresikan ide-ide yang spesifik sedangkan musik menyugestikan pernyataan-pernyataan misterius dari pikiran atau
perasaan.
Dari beberapa pendapat di atas setidaknya dapat dipahami bahwa musik merupakan salah satu cabang seni pertunjukan seperti tari, drama, puisi, dan sebagainya. Sebagai sebuah karya seni, musik adalah ungkapan perasaan seseorang yang dituangkan lewat komposisi jalinan nada atau melodi, baik dalam bentuk karya vokal maupun instrumental.
Di samping itu musik adalah suatu karya seni yang tersusun atas kesatuan unsur-unsur seperti irama, melodi, harmoni, bentuk atau struktur, dan ekspresi.

Catatan Nazar Tentang 'Musik Sufi

Musik adalah suara jiwa, sehingga para sufi ikut menggunakan instrumen puisi dan prosa dalam mendekatkan diri kepada sang Pencipta, disamping itu banyak pula alat musik yang digunakan dengan karakteristik tersendiri yang bisa membangkitkan cinta kepada sang Pencipta.
Pada pertengahan tahun 2011 lalu, event Aceh International Folklore yang diikuti oleh belasan negara, termasuk negara-negara yang memiliki musik sufi seperti Turki, Bangladesh dan Pakistan, kita pun dapat menikmati suguhan itu dengan baik.

Musik Sufi merupakan sebuah wujud seni dengan pendekatan 'khusu' melalui nada-nada indah, sehingga dalam menikmatinya, atau bahkan dalam memainkannya, irama akan menghayutan kita pada bebunyian 'kalimah' Tuhan, sehingga kemudian disebut sebagai Musik sufi yang mendamaikan.

Untuk kebutuhan jiwa yang agamais itulah, dengan pemahaman yang cukup, saya hingga kini aktif mengoleksi beberapa jenis musik sufi dalam bentuk Compact Disc, dan juga download melalui internet, dari yang tradisi hingga yang sudah mengalami sentuhan modern seperti Aransemen Sami Yusuf misalnya, hingga yang terakhir pop islami yang menyentuh dari penyanyi Amerika Maher Zein. Lagu populernya ikut dinyanyikannya bersama Fadli 'Padi' yang berbahasa Indonesia dan Inggris berjudul Insya Allah.

Beberapa kali saya berkunjung ke Eropa dan Amerika, saya melihat banyak musik-musik sufi dijual di toko-toko musik. Pembelinya beragam, dan tidak sedikit dari non Muslim. Dari musik itulah, kebanyakan dari mereka mencoba belajar dan membandingkan nilai Islam dengan isu-isu terorisme.

Artinya, setelah mereka mendengar musik sufi, banyak persepsi tentang Islam berubah, termasuk stigma macam-macam kekerasan dalam Islam.

Sejarah Sufi juga pernah berlangsung di Aceh, dimana Islam disebarkan luaskan oleh kaum sufi dengan berbagai thariqat, sehingga ikut melahirkan berbagai tarian, puisi dan prosa.

Inti dari sufisme kan selalu berjuang untuk mencintai dan tidak menyakiti siapapun, termasuk cinta kepada Tuhan. Maka lirik-lirik sastra sufistik itu sangat dalam dan banyak makna, bahkan sering menjadi kontroversi ketika salah diterjemahkan gara-gara ketidakadaan kemampuan dalam menafsirkannya. Jadi tarian dan musik dalam sufisme adalah bahagian dari metodologi, yang juga untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah.

Di Aceh sendiri sebenarnya karya-karya musik sufi tercurah melalui syair-syair yang ditulis seniman Aceh, seperti karya burung dan perahu Hamzah Fansuri, atau karya Di Husen melalui lagu berjudul 'Nyawong' yang dipopulerkan Group Musik Aceh Nyawoung pada tahun 2000 silam. Dalam syairnya, Di Husen, yang seorang guru mengaji, mengajarkan lagu kepada murid-muridnya. Lagu itu mengingatkan manusia pada kematian, yang antara ruh dan jasad tetap memiliki dialog.

Jadi sangat tepat apabila diAceh kemudian di gelar sebuah hajatan musik yang berbungkus musik 'Sufi" bertajuk 'Aceh International Sufi Music'. Karene orangAceh sudah saatnya memahami warna musik serius dan menghanyutkan, karena dalam musik Sufi pendekatannya tetap pendekatan kepada Allah, yang notabene harus dijadikan sebagai bungkusan menarik melalui seni yang khusu', agar hati dan pikiran turut menyatu dalam memahami hati. Itulah makna ril Musik Sufi.